Selasa, 26 Maret 2013

Ilustrasi Ilmu Laduni

Ilmu Laduni banyak dituding negatif. Asal mulanya
yang tidak jelas membuat banyak pihak memandang
miring ilmu ini. Bahkan, cabang ilmu ini banyak
dituding menghambat perkembangan pengetahuan didunia Islam. Jadi makhluk apakah Ilmu Laduni ini?


Sejarah Ilmu Laduni

Banyak yang beranggapan bahwa ilmu Laduni adalah ilmu gaib dan tidak jelas. Namun, anggapan seperti itu tidak sepenuhnya benar. ilmu Laduni maknanya ternyata lebih luas daripada sekedar ilmu mistis. Hal ini perlu diketahui agar tidak ada anggapan miring terhadap ilmu ini.

Kata Laduni sendiri banyak diambil dari ayat berikut ini :
“Dan Kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir)
dari sisi Kami suatu ilmu.” (Al Kahfi: 65)
Jadi secara istilah, ilmu Laduni merupakan ilmu yang
berasal dari Allah. Ilmu ini merupakan pemberian
Allah kepada umat-Nya.

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa ilmu ini merupakan ilmu yang diberikan langsung oleh Allah ke dalam lubuk hati manusia tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu dan tanpa melalui proses metode ilmiah.

Sedangkan menurut Ibnu Arabi, ilmu ini terpancar ke dalam hati manusia, tanpa menggunakan argumentasi akal pikiran.

Untuk lebih jauh mengena Ilmu Laduni, kita bisa
melihat pendapat Abu Hamzah As-Sanuwi. Dia
membagi ilmu menjadi dua bagian.

Yang pertama adalah Ilmu Wahdiy, yaitu ilmu yang diperoleh tanpa melakukan proses belajar normal.

Kedua adalah Ilmu Kasbiy, yaitu ilmu yang diperoleh dengan cara belajar normal.

Ilmu Wahdiy dibagi menjadi dua, yaitu Ilmu Syariat
dan Ilmu Makrifat.

Ilmu Syariat adalah ilmu yang berupa wahyu dan diberikan kepada nabi dan rasul.
Ilmu ini dianggap mutlak kebenarannya, jika
penyampainnya dari manusia ke manusia tidak
mengalami distorsi. Ilmu ini juga yang dipakai rujukan Nabi Khidir ketika memberi pengetahuan kepada Nabi Musa.
“Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah yang telah Dia ajarkan kepadaku yang
engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau (juga)
berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan
kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga.”
(H.R. Bukhari).

Ilmu Syariat ini selain wajib dipelajari, juga wajib
diamalkan bagi manusia yang percaya kepada Allah.
Ilmu Syariat ini secara prinsip memang berlangsung
tanpa proses belajar normal. Nabi menerima wahyu,
baik dari Allah maupun lewat perantara malaikat
Jibril. Namun dalam proses pembelajarannya dari manusia ke manusia, maka untuk memahami Ilmu
Syariat masih digunakan pembelajaran normal. Walau mungkin tidak masuk ke aspek filosofis, namun hanya di tataran literer saja.


Selanjutnya adalah Ilmu Makrifat.
Ilmu ini diperoleh dengan cara yang gaib. Makrifat diperoleh jika adanya suatu ilham dan terbukanya tabir.

Bisa juga ilmu ini didapatkan lewat mimpi, dan hanya diberikan Allah kepada hamba-Nya yang shalih dan mukmin.

Ilmu Laduni oleh banyak ulama memang diakui kebenarannya. Namun kebenaran ini kebanyakan
haya untuk diri sendiri dan tidak untuk didakwahkan
kepada orang lain.
Hal ini karena orang lain belum tentu memilik tingkat
ketakwaan sebagaimana pemilik ilmu Laduni. Hal ini
bisa membuat seolah-olah ilmu Laduni ini
bertentangan dengan Ilmu Syariat.
Contoh yang paling diingat adalah kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa.
Ilmu dari Nabi Khidir ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki tingkat ketakwaan yang sama.

Hal ini karena yang dilakukan Nabi Khidir banyak
bertentangan dengan syariat, misalnya membunuh
anak kecil.
Pembelajaran Ilmu ini bisa diterima dengan baik
penjelasannya oleh Nabi Musa karena tingkat
ketakwaan Nabi Musa yang tinggi. Karena itu, dalam
Al-Qur’an juga tidak disebutkan bahwa Nabi Khidir
tidak mendakwahkan ilmunya kepada orang awam.
Di sisi lain, Nabi Musa yang berasal dari dasar Ilmu Syariat diberi kewajiban mendakwahkan ilmunya. Hal ini sedikit menjelaskan kedudukan Ilmu ini dan Ilmu Syariat dalam Islam. Namun, meraihnya bukan monopoli kaum tertentu.
Allah Maha Adil, tentu akan memberikan ilmu bagi
siapa pun yang berhak dan diinginkan-Nya. Memang
ada berbagai syarat dalam mencapai Ilmu Laduni ini.

Berikut ini beberapa dalil naqli, baik dari ayat Al-Qur'an maupun Hadits yang sedikit menjelaskan syarat apa saja yang diperlukan untuk meraih Ilmu
Laduni:
“ Dan takutlah kamu kepada Allah, niscaya Allah
akan mengajarimu." (Q.S. Al Baqarah : 282) “
Ini bukan bisikan-bisikan syaithan, tapi Ilmu Laduni
ini merubah firasat seorang mukmin, bukankah
firasat seorang mukmin itu benar?
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam:
“Hati-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karena dengannya ia melihat cahaya Allah”. (H.R At Tirmidzi).
Dari dalil ini kita bisa melihat satu syarat awal. Ilmu ini bisa diperoleh orang yang takut dan bertakwa
kepada Allah. Orang yang bersih dan menjalankan
perintah serta menjauhi larangan-Nya, lebih
berpeluang untuk menguasai Ilmu Laduni.
“Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami
(berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan
kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jala-
jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang ihsan (muhsinin).” (Q.S.
Al’Ankabut : 69).
Berjuang di jalan Allah juga membuat seseorang
dapat mendapatkan Ilmu Laduni. Syarat ini juga
penting untuk dipenuhi jika seseorang ingin
mendapatkan Ilmu Laduni. Berdakwah juga berarti
mengamalkan ilmu yang kita ketahui. Jika ilmu yang
kita ketahui kita bagikan demi kesejahteraan orang lain, maka Allah akan memberikan kepada kita ilmu
tambahan yang lain.
Nabi SAW bersabda :
"Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu yang Ia Ketahui Maka Allah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu yang Belum Ia Ketahui”. (H.R. Imam Ahmad).
Syarat lainnya adalah tidak terlalu mencintai dunia.
Dunia memang indah, namun memang sengaja
digunakan untuk membuaikan cinta manusia kepada
Allah. Jika manusia tidak tergantung lagi kepada
duniawi dan hanya mengejar Allah, maka niscaya
akan diberi ilmu dari-Nya. Hal ini membuat orang yang bersikap zuhud ini menjadi lebih berilmu dari
orang yang mengejari keduniawian.
“Barang siapa yang zuhud pada dunia (tidak cinta
dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu
tanpa Belajar”. (Fadhilatushaqat).


Praktik Ilmu Laduni

Dari beberapa dalil di atas kita bisa melihat beberapa syarat meraih ilmu ini. Karena berasal dari Allah, maka tidak tersebut secara nyata bentuk Ilmu Laduni itu.
Banyak yang menganggap ilmu ini sama dengan
ilmu mistis dan juga kekebalan. Namun dari beberapa dalil di atas, ilmu ini seperti penyokong terhadap Ilmu Syariat dan Ilmu Kasbiy, yang bisa dipelajari manusia biasa.
Ada banyak ulama modern ini yang mengaku
mempunyai ilmu Laduni. Misalnya adalah sebuah
pondok pesantren yang bisa membuat santri bisa
berbahasa asing tanpa pembelajaran normal. Hal ini
diklaim karena adanya ilmu ini. Hal ini mungkin saja ada benarnya, jika memang syarat-syarat di atas memang terpenuhi.
Ilmu Laduni yang sudah diterima biasanya tidak digunakan untuk dakwah, karena tidak semua orang bisa memahami.
Misalnya adalah ilmu Laduni futuristik dari Nabi Khidir.
Akan sangat berbahaya jika orang yang mengaku memiliki ilmu Laduni nanti akan membunuhi orang
karena alasan seperti Nabi Khidir. Walau sebenarnya
bisa dibuktikan terbalik, jika orang tersebut memang
memiliki bakat, maka tidak ada kekuatan dunia yang
mampu menjeratnya. Selain azas manfaat yang ditujukan secara selektif, kita juga harus waspada, dari mana ilmu ini berasal.
Misalnya kita mendapatkan “ilham” dalam mimpi
sehingga ketika bangun dapat berbahasa Bosnia.
Darimana kita yakin bahwa ilham itu berasal dari
Allah dan bukan dari makhluk ghaib? Hal inilah yang membuat Ilmu ini masuk ranah yang rawan untuk dijadikan pegangan.
Banyak ulama akhirnya yang menganjurkan, jika seseorang merasa mendapatkan ilmu Laduni, lebih baik ilmu itu diamalkan untuk diri sendiri terlebih dahulu.
Hal iniuntuk mengantisipasi salah sumber ilham tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar